Tadabbur Surah Al-Fatihah
Surah ini dinamakan dengan Al-Fatihah karena pembuka dari Al-Qu’ran yang terdiri dari 114 surah. Selain dari Al-Fatihah, surah ini juga dinamakan dengan Ummul Kitab, yakni Induk Kitab. Penamaan tersebut mengandung arti yang sangat dalam, karena dalam surah ini tercantum pokok-pokok ajaran Islam, yakni:
Akidah tauhid atau keimanan, dan;Syari’ah (sistem hidup) Islam. Tauhid berarti mengesakan Allah dalam tiga hal pokok :
Rububiyyah. Maksudnya ialah mengesakan Allah pada penciptaan dan perbuatan-Nya, seperti yang tercantum pada ayat 2.Uluhiyyah atau disebut juga dengan ubudiyyah. Maksudnya, ialah mengesakan Allah dalam ibadah dan sistem hidup, seperti yang tercantum pada ayat 5.Al-Asma’ dan As-Sifat. Maksudnya mentauhidkan Allah pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya, seperti yang tercantum pada ayat 1, 2, 3 dan 4. Nama dan sifat Allah harus sesuai dengan apa yang dikabarkan-Nya dalam Al-Qur’an dan dikabarkan oleh Rasul shalallahu ‘alaihi wa salam.
Terkait dengan Syari’ah (sistem) Islam penekanannya terdapat pada ayat 6 dan 7, yang berarti Islam adalah satu-satunya sistem hidup yang lurus yang akan menyampaikan manusia kepada keridhaan Allah di dunia dan akhirat. Keridhaan Allah di dunia berupa keberkahan hidup dan kemudahan beribadah kepada-Nya. Keridhaan di akhirat berupa surga yang mengalir di bawahnya berbagai macam sungai dan berbagai fasilitas yang tidak tergambarkan kuantitasnya, kualitasnya dan keindahannya oleh pikiran manusia.
Sebab itu, Islam tidak boleh tercampur sedikitpun dengan ajaran lain, baik dari ajaran Yahudi yang dimurkai Allah, maupun dari ajaran agama Nasrani yang tersesat dari jalan Allah, sebagaimana yang tertuang pada ayat 7, karena Islam itu sempurna.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 1-5
Ayat 1 (الم) terdiri dari 3 huruf Hijaiyyah (huruf Arab), yaitu, alif, lam dan mim. Dalam Al-Qur’an terdapat 29 surah yang awalnya dimulai dengan gabungan beberapa huruf seperti pada awal surah Al-Baqarah ini. tidak ada yang mengetahui maknanya kecuali hanya Allah. Rasul saw. tidak pernah menjelaskan maksudnya. Demikian juga para sahabat Rasul saw. yang kepada mereka Al-Qur’an diturunkan pertama kali, tidak pernah menjelaskan apa maksudnya. Sebab itu, jumhur ulama tidak berani menafsirkannya. Mereka hanya mengatakan: Allah-lah yang Mengetahui maksudnya.
Inilah sikap yang paling baik dalam menafsirkan Al-Qur’an yang terkait dengan setiap awal surah yang dimulai dengan gabungan beberapa huruf Hijaiyyah.
Ayat 2 menjelaskan Al-Qur’an itu adalah kebenaran yang tidak dapat dibantah manusia sepanjang masa, baik dari sisi bahasa, isi, berbagai data ilmiah dan informasi sejarah yang ada di dalamnya. Namun, yang dapat menjadikan Al-Qur’an itu sebagai petunjuk hidup hanyalah orang-orang yang bertaqwa.
Di antara karakter mereka dijelaskan dalam ayat 3 – 4:
Mengimani hal-hal yang gaib, seperti surga, neraka dan sebagainya.Menegakkan salat.Menginfakkan sebagian rezeki yang Allah berikan padanya.Mengimani Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya (Taurat, Zabur dan Injil)Meyakini hari dan kehidupan akhirat
Sedangkan ayat 5 menjelaskan orang yang berada di atas petunjuk Al-Qur’an dijamin sukses di dunia dan akhirat.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 6-16
Ayat 6 dan 7 menjelasakan sikap keras kepala orang-orang kafir yang tidak mau menerima kebenaran Al-Qur’an dan Islam sehingga Allah kunci mati hati, pendengaran dan penglihatan mereka.
Sedangkan ayat 8 – 16 menjelaskan sifat dan karakter orang-orang munafik yang tidak mampu menerima Islam secara utuh dan jujur, melainkan dengan ragu-ragu sehingga antara hati, ucapan dan tingkah laku tidak singkron. Di mulut, mereka mengatakan beriman, namun di hati ragu-ragu dan begitu pula dalam tingkah laku sehari-hari tidak mau mengikuti ajaran-ajaran Islam dengan berbagai alasan.
Sebenarnya, mereka itu tidak beriman. Dengan kemunafikan itu mereka ingin menipu Allah dan kaum Mukmin. Sesungguhnya yang tertipu itu adalah diri mereka sendiri. Namun, mereka tidak menyadarinya. Kemunafikan itu disebabkan berbagai penyakit hati seperti, riyak (beramal kebaikan dan ibadah ingin mendapat pujian manusia), ragu-ragu, sombong, hasad (dengki), licik, cinta dunia dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut bisa berkembang biak dalam diri sehingga merubah karakter menjadi munafik kelas berat.
Ciri-cirinya, melakukan kerusakan di atas muka bumi, mengira kaum Mukmin bodoh, bermuka dua terhadap kaum Mukmin, meremehkan kaum mukmin dan menjual kepentingan akhirat demi kepentingan duniawi.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 17-24
Ayat 17 – 20 masih menjelaskan, perilaku buruk orang-orang munafik itu ibarat orang yang kehilangan cahaya sehingga tidak bisa melihat dan berbuat apa-apa. Atau seperti orang yang berada dalam hujan lebat yang disertai gelap gulita dan petir. Saking takutnya pada petir, ia masukkan anak jarinya ke dalam telinganya. Mereka (kaum munafik) itu adalah orang-orang yang pekak, buta dan bisu terhadap kebenaran Al-Qur’an sehingga selalu curiga dan takut pada Al-Qur’an, Islam dan kaum muslimin.
Ayat 21 – 24 menjelaskan misi hidup manusia adalah ibadah (mentaati) Allah; Tuhan Pencipta seluruh manusia, bumi yang terhampar dan langit dengan bangunan yang kokoh. Dialah Allah yang menurunkan air hujan dari langit sehingga dengan air hujan tersebut Allah keluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezki untuk manusia. Sebab itu, amat tidak masuk akal jika manusia tidak mau mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam beribadah dan sistem hidup. Padahal mereka mengetahui semua yang disebutkan tersebut adalah ciptaan Allah.
Berdasarkan fakta-fakta ciptaan Allah di atas, tidak ada alasan sedikitpun meragukan kebenaran Al-Qur’an sebagai sebuah Kitab Petunjuk Hidup dari Allah diturunkan untuk membimbing manusia ke jalan yang lurus agar mereka selamat dalam kehidupan di dunia dan terlebih lagi kehidupan akhirat. Namun, jika manusia masih meragukan Al-Qur’an, maka Allah menantang mereka untuk menciptakan satu surah saja yang nilai dan kehebatannya sama dengan Al-Qur’an. Allah mempersilahkan mereka untuk saling bekerjasama untuk mewujudkannya. Faktanya, sejak Al-Qur’an itu diturunkan sampai hari ini tidak ada yang berhasil. Bahkan sampai kiamatpun tidak akan ada yang berhasil menantang Al-Qur’an. Sebab itu, lebih baik mereka beriman kepadanya agar selamat di akhirat dari neraka.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 25-29
Ayat 25-29 menjelaskan:
Orang-orang beriman kepada Al-Qur’an melaksanakan semua konsekuensi keimanan, yakni beramal saleh sesuai ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul saw. mereka mendapat kabar gembira dari Allah, yakni surga yang di bawahnya mengalir berbagai sungai, tersedia berbagai jenis buah dan istri-istri yang senantiasa suci dan terbebas dari haid (menstruasi).Kaum musyrik dan kaum munafik meremehkan perumpamaan-perumpamaan yang Allah cantumkan dalam Al-Qur’an seperti, kaum munafik itu ibarat orang yang menyalakan api, atau berada dalam hujan lebat dan patung-patung yang disembah kaum musyrikin itu seperti sarang laba-laba. Lalu Allah jawab bahwa Dia sama sekali tidak malu membuat perumpamaan seperti itu, bahkan lebih rendah dari itu seperti seekor nyamuk pun tidak masalah, karena mengandung hikmah yang amat besar. Hikmah tersebut hanya dipahami oleh orang-orang beriman kepada Allah dengan konsep tauhid-Nya. Dengan perumpamaan-perumpamaan tersebutlah manusia bisa dapat petunjuk dan orang yang fasik menjadi tersesat, yaitu orang yang melanggar janji Allah, memutuskan tali persaudaraan dan melakukan kerusakan di atas muka bumi.Semua manusia akan melewati 5 periode perjalanan; mati, hidup, mati kembali, hidup kembali dan kembali ke akhirat; surga atau neraka. Sebab itu, satu-satunya jalan keselamatan dalam perjalanan panjang menuju akhirat ialah Islam yang Allah ridhai dan jamin kesempurnaannya.Allah telah menciptakan semua kebutuhan manusia tersimpan di dalam bumi, lalu Ia bersinggasana di langit dan menciptakan 7 lapis langit. Sungguh Allah Mahakuasa dan Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 30-37
Ayat 30 – 37 menjelaskan dua hal:
Terkait visi hidup di dunia. Allah tetapkan manusia sebagai khalifah. Di antara tugas mereka ialah memakmurkan bumi, menegakkan Al-Haq (kebenaran agama Allah) dan keadilan di tengah-tengah manusia. Sebab itu, Allah bekali manusia dengan berbagai ilmu melalui wahyu yang diturunkan kepada para Rasul-Nya. Khilafah ini hanya Allah berikan kepada manusia dan tidak diberikan kepada makhluk-Nya yang lain, kendati kepada malaikat sekalipun. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia sehingga para malaikat diperintahkan Allah sujud kepada Adam. Kemuliaan tersebut hanya melekat pada diri manusia selama mereka menjalankan visi hidup yang Allah tetapkan.Tantangan terberat manusia dalam menjalankan visi khilafah di atas bumi adalah setan yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari jalan Allah. Setan berhasil menipu Adam dan hawa ketika berada di surga. Sebab itu, waspadalah selalu dan jika suatu saat tertipu setan, maka segeralah bertaubat pada Allah.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 38-48
Ayat 38 dan 39 meneruskan ayat sebelumnya terkait dengan dahsyatnya tipu daya setan. Akibat tertipu setan, Allah turunkan Adam dan Hawa dari surga ke bumi. Di bumi itulah mereka dan anak cucu mereka Allah kembang biakkan sampai hari kiamat untuk menguji siapa di antara mereka yang menegakkan visi khilafah yang telah Allah tetapkan bagi mereka. Allah memberikan jaminan ketenangan dan ketenteraman bagi orang yang mengikuti petunjuk-Nya. Sedangkan bagi yang menolak petunjuk-Nya yang tercantum dalam Al-Qur’an, Allah canangkan mereka menjadi penghuni-penghuni neraka di akhirat kelak.
Ayat 40-48 menjelaskan Bani Israel adalah contoh manusia-manusia kafir pada Allah. Mereka memiliki karakter buruk seperti, kufur nikmat, ingkar janji, tidak takut pada Allah, tidak mau beriman kepada Al-Qur’an, menjual ayat-ayat Allah untuk kepentingan dunia, mencampurkan hak dengan batil, menyembunyikan yang hak, tidak salat, tidak mau membayar zakat, tidak mau salat berjamaah, menyuruh orang lain berbuat baik, tapi tidak mau melakukannya, membaca Al-Kitab, tapi tidak mengerti isinya, tidak menjadikan sabar dan salat sebagai penolong, tidak bisa khusyuk salat, ragu pada akhirat dan sebagainya.
Semua sifat dan perilaku buruk tersebut bermuara dari tidak takut pada hari kiamat atau hari pembalasan di mana tidak berlaku pembela, rekomendasi dan tebusan.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 49-57
Ayat 49 – 57 meneruskan ayat sebelumnya terkait prilaku buruk dan kekufuran Bani Israel. Padahal Allah telah limpahkan kepada mereka berbagai nikmat-Nya seperti, menyelamatkan mereka dari penjajjahan Fir’aun dan kezalimannya atas mereka, menyelamatkan mereka waktu menyeberangi laut merah, melihat tenggelamnya Fir’aun dan pasukannya, mengampuni mereka setelah menyekutukan Allah dengan anak sapi saat ditinggal Musa selama 40 malam, menurunkan kepada mereka Kitab Taurat dan Furqan, dinaungi awan dan diturunkan makanan dari syurga.
Sejatinya, mereka mensyukuri berbagai nikmat tersebut dan mengikuti hidayah Allah. Yang terjadi ialah, mereka enggan kembali dan bertaubat kepada Allah. Bahkan berkata kasar dan bersikap tidak sopan kepada Musa sambil mengatakan: Kami tidak akan beriman kepada Allah sehingga melihat Allah dengan mata kepala. Allah siksa mereka dengan halilintar sehingga mati semuanya. Kemudian Allah hidupkan kembali, namun tidak juga bersyukur kepada-Nya.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 58-61
Ayat 58 – 61 masih menjelaskan seputar karakter dan perilaku Bani Israel yang sangat tercela. Di samping kufur nikmat, tidak mau masuk ke Palestina dan tidak mau minta ampun pada Allah. Kalau mereka mau ngikuti perintah Allah tersebut, niscaya Allah akan menambahkan berbagai nikmat-Nya kepada mereka. Mereka mengganti firman Allah dengan kalimat-kalimat yang sesuai keinginan dan syahwat mereka. Sebab itu Allah turunkan siksaan-Nya dari langit sebagai akibat dari kefasikan (kedurhakaan yang mereka lakukan.
Sungguh Bani Israel itu memiliki sifat kekanak-kanakkan. Ketika mereka kehabisan air, mereka meminta minuman kepada Musa. Lalu, Musa memintanya kepada Allah. Allah perintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke sebuah batu besar. Maka batu itu mengeluarkan air sebanyak 12 mata air, sesuai dengan jumlah kelompok mereka, agar setiap kelompok mendapatkan satu mata air.
Mereka juga bosan memakan makanan dari surga dan meminta Musa untuk memintakan kepada Allah agar diberikan makanan hasil panen bumi seperti, sayur-sayuran, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah. Musa pun marah dan berkata: Apakah kalian menukar makanan yang terbaik dari surga dengan jenis makanan rendahan hasil bumi? Silahkan kalian pulang ke Mesir, nanti kalian akan mendapatkan apa yang kalian mau.
Akibat dosa dan kejumudan tersebut, Allah timpakan kepada mereka kehinaan dan kemiskinan dan mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Semua itu akibat mereka kafir pada ayat-ayat Allah, tidak mau menjadikannya sebagai petunjuk hidup (hidayah) dan bahkan membunuh para nabi, mendurhakai mereka dan berbuat melampaui batas hukum-hukum Allah.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 62-69
Ayat 62 menjelaskan sistem keimanan yang Allah tetapkan kepada manusia sama, baik terhadap kaum Mukmin dari umat Nabi Muhammad saw., kaum Yahudi, Nasrani atau Shabi’in (para ahli tafsir ada yang mengatakannya agama campuran). Siapa pun mereka, selama beriman kepada Allah dengan konsep tauhid yang dibawa Nabi Muhammad saw., beriman pada hari akhirat dan beramal shaleh (beribadah)sesuai ajaran Nabi Muhammad Saw., maka bagi mereka pahala dari Allah, tidak ada ketakutan dan tidak pula kesedihan bagi mereka.
Ayat 63 – 69 masih berkisah tentang kelakuan buruk Bani Israel seperti, mengingkari janji mereka dengan Allah saat mereka diancam dengan diangkatnya gunung Sinai ke atas mereka dan melanggar ibadah pada hari Sabtu. Akibatnya, Allah rubah mereka menjadi monyet-monyet agar menjadi contoh bagi yang hidup di masa itu dan di masa setelah itu serta pelajaran baik bagi kaum bertakwa.
Bani Israel juga ngeyel dan banyak bertanya ketika Musa mengatakan bahwa Allah menyuruh mereka menyembah sapi betina, Sikap tersebut karena tidak yakin kepada kenabian Musa. Pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya untuk menghindar saja.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 70-76
Ayat 70 dan 71 meneruskan ayat sebelumnya terkait perintah Allah kepada Bani Israel menyembelih sapi betina. Mereka bertanya terus sampai-sampai menanyakan seperti apa persisnya sapi betina itu karena masih samar bagi mereka. Akhirnya, Allah minta Musa menjelaskan bahwa sapi itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak (pula) untuk mengairi tanaman, sehat, dan tidak belang. Nyaris mereka tidak melaksanakan (perintah) itu, karena semakin sulit spesifikasinya.
Ayat 72 – 76 masih berkisah tentang kelakuan buruk Bani Israel. Di antaranya saling melemparkan tuduhan terhadap kejahatan pembunuhan yang mereka lakukan di kalangan mereka sendiri. Berbagai kejahatan dan dosa tersebut menyebabkan hati mereka keras melebihi batu sehingga sulit memahami wahyu Allah, termasuk Al-Qur’an Al-Karim.
Sebab itu, Allah mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya agar tidak terlalu berharap kepada Bani Israel itu mau percaya dan tunduk kepada Sistem Islam yang diterapkan. Sebab, sebelumnya mereka membaca wahyu Allah, yakni Taurat, kemudian mereka rubah setelah mereka akal-akali dengan sengaja. Mereka juga bermuka dua kepada kaum mukmin dan tidak mau jujur kepada Allah dan Rasul mereka, apalagi kepada kaum mukmin.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 77-83
Ayat 77-83 masih menjelaskan karakter Bani Israel yang suka membangkang dan durhaka kepada Allah dan Rasul mereka. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah itu Maha Mengetahui yang ghaib, apalagi yang nyata. Fakta lain yang Allah buka kepada Bani Israel ialah tidak memahami isi Kitab mereka dengan baik dan benar melainkan perkiraan belaka.
Para ulama mereka suka mengubah isi Kitab itu sesuai keinginan masyarakat sambil mengklaim sebagai wahyu. Tujuannya tak lain kecuali meraup keuntungan dunia (harta). Celakanya, ancaman neraka yang Allah berikan, malah mereka tanggapi sambil berkata: “Kita tidak akan masuk neraka kecuali beberapa hari saja.” Ucapan ini tentulah tidak didasari ilmu. Padahal, kalau saja mereka beriman dengan benar dan melakukan berbagai amal saleh yang Allah syariatkan, mereka akan masuk surga dan mereka kekal di dalamnya.
Sesungguhnya Allah telah mengambil janji dengan Bani Israel terkait beberapa perkara pokok berikut:
Tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah. Artinya, Allah mengajarkan kepada mereka tauhid (mengesakan) Allah dalam ibadah dan sistem hidup.Berbakti dan melayani kedua orang tua sebaik dan semaksimal mungkin yang dapat kita lakukan. Kemudian seperti itu pula terhadap karib kerabat, para anak yatim dan kaum fakir miskin.Berakhlak baik dengan manusia di antaranya mengucapkan kata-kata yang baik kepada manusia, baik dalam pergaulan sehari-hari, apalagi dalam berdakwah kepada Allah.Menegakkan shalat sebagai tiang agama. Tanpa dimulai dengan disiplin menunaikan shalat, akan sulit disiplin dalam ajaran-ajaran Allah yang lain.Menunaikan zakat sebagai simbol sistem ekonomi Islam sebagai ganti dari sistem riba (bunga) yang merajalela di tengah-tengah masyarakat Bani Israel. Faktanya, semua ajaran Allah yang mereka terima, mereka tinggalkan dan mereka lebih suka dengan ajaran-ajaran peninggalan nenek moyang.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 84-88
Ayat 84 – 88 masih terkait dengan pelanggaran Bani Israel terhadap janji-janji mereka dengan Allah. Di antaranya, tidak boleh membunuh manusia dan mengusir orang dari negeri mereka. Janji-janji ini sudah mereka ikrarkan dan saksikan. Faktanya, mereka tetap saja melakukan kejahatan pembunuhan, mengusir sebagian masyarakat dari negeri mereka dan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Perilaku tersebut mencerminkan bahwa hakikatnya mereka beriman hanya kepada sebagian Kitab (Taurat) dan kafir kepada sebagian lain. Ancaman Allah terhadap mereka ialah kehinaan di dunia dan masuk neraka di akhirat. Allah tidak pernah lalai terhadap apa saja yang dilakukan manusia.
Perilaku dan sikap yang dibangun dan dikembangkan Bani Israel itu didasari paham dan karakter materialisme yang menggurita pemikiran, hati dan perasaan mereka. Materialisme inilah rahasia di balik perilaku dan sikap keras Bani Israel yang Allah ungkapkan. Materialisme itulah yang menyebabkan Bani Israel menjual akhirat mereka demi mendapatkan kenikmatan duniawi yang tidak seberapa dibandingkan dengan kebaikan akhirat yang Allah janjikan. Sebagai balasannya, Allah sediakan bagi mereka azab yang amat berat di kahirat dan tidak sedikitpun diberikan keringanan dan pertolongan.
Sikap kufur lain yang dilakukan Bani Israel ialah menolak dan membunuh setiap Rasul yang diutus Allah kepada mereka yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka. Penyebabnya, sifat sombong yang ada dalam diri mereka dan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan yang mererka taati
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 89-93
Ayat 89 – 93 masih terkait watak dan prilaku Bani Israel yang suka membangkang kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antaranya, menolak Kitab Al-Qur’an yang mengakui Kitab Taurat dan Injil. Padahal sebelumnya, mereka meminta pertolongan dalam menghadapi kaum kafir. Namun, setelah Allah turunkan Al-Qur’an yang mereka ketahui kebenarannya, mereka kafir padanya. Maka Allah melaknat setiap kaum kafir.
Allah menilai perilaku Bani Israel tersebut sangat buruk karena memilih kafir (menolak Al-Qur’an) hanya disebabkan ketidak sukaannya mengapa Allah turunkan karunia-Nya (Al-Qur’an )kepada selain kelompok mereka sehingga membuat mereka bertambah murka. Allah mengingatkan kaum kafir itu pasti Dia azab dengan azab yang menghinakan.
Allah menjelaskan bahwa alasan Bani Israel menolak Al-Qur’an karena tidak diturunkan kepada suku mereka adalah bohong. Kalau mereka beriman pada Allah dan wahyu-Nya, mengapa mereka membunuh para Nabi sebelumnya yang diutus kepada mereka? Nabi Musa datang mebawa bukti-bukti kebenaran Allah. Lalu, kenapa mereka tetap menjadikan anak sapi sebagai tuhan sekutu bagi Allah? Demikian pula saat Allah mengambil janji dan mengangkat bukit Sinai di atas kepala mereka agar mereka pegang teguh janji tersebut? Mereka malah berkata: “Kami dengar dan kami membangkang.” Mereka sudah sangat ketagihan menyembah anak sapi. Kalau mereka beriman, pasti bisa mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun dan siapapun.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 94-101
Ayat 94 – 101 masih berkisah tentang perilaku buruk Bani Israel. Mereka mengklaim hanya mereka yang akan masuk surga. Lalu, Allah menguji kebenaran klaim tersebut dengan ujian yang ril, yakni mencintai mati di jalan-Nya. Faktanya, mereka sama sekali tidak menginginkan kematian itu karena banyaknya dosa yang mereka lakukan. Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim dan menyekutukan-Nya.
Allah juga mengabarkan pada kita manusia yang paling rakus terhadap kehidupan dunia ialah kaum Yahudi dan kaum yang menyekutukan Allah. Mereka bukan hanya takut mati, akan tetapi juga ingin hidup 1.000 tahun. Kendati diberi Allah umur 1.000 tahun, mereka tidak akan mampu menjauhkan diri mereka dari azab Allah. Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Allah menjelaskan, menolak Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw. itu sama dengan kafir dan memusuhi Allah, para malaikat, para Rasul-Nya, malaikat Jibril dan Mikail. Allah menjadi musuh kaum kafir.
Al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan ayat-ayat yang menjelaskan semua perkara yang dibutuhkan manusia agar mereka hidup lurus sesuai yang diinginkan Alllah. Al-Qur’an juga menjelaskan prilaku Ahlul Kitab atau Bani Israel agar dapat kita jadikan pelajaran. Orang yang ingkar pada Al-Qur’an itu adalah orang yang fasik.
Sekelompok Bani Israel atau Ahlul Kitab itu suka ingkar janji dengan Allah, menolak wahyu Allah dengan sadar dan kebanyakan mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad saw. dan Al-Qur’an. Bahkan ketika Rasul Muhammad saw. diutus Allah dan membenarkan Kitab Taurat yang Allah turunkan untuk mereka, segolongan dari mereka menolaknya seakan mereka tidak mengetahuinya.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 102-105
Ayat 102 – 15 menjelasakan kedurhakaan lain dari Bani Israel atau Ahlul Kitab. Di antaranya, mengikuti mantra-mantra yang dibacakan setan di zaman Nabi Sulaiman. Apakah mereka mengira Sulaiman sudah kafir? Padahal yang kafir itu adalah para setan itu. Setan mengajarkan kepada manusia ilmu sihir dan apa yang diajarkan malaikat Harut dan Marut di negeri Babilonia, seperti ilmu memisahkan suami isteri dan hal-hal yang memberi mudarat kepada mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Kedua malaikat tersebut mewanti-wanti mereka bahwa mereka adalah ujian dari Allah, bukan untuk diikuti.
Semua itu tidak akan memberi mudarat kepada siapapun dari kalangan mereka kecuali dengan izin Allah. Ilmu sihir tersebut juga mereka gunakan untuk mendapatkan harta. Perbuatan tersebut sangatlah buruk di mata Allah. Allah tidak akan berikan kepada mereka kebaikan akhirat. Sayang mereka tidak menyadarinya. Kalau saja mereka beriman kepada Al-Qur’an dan Muhammad saw. serta bertakwa kepada Allah, pasti itu lebih baik bagi mereka dan mereka mendapatkan balasan yang lebih baik pula dari Allah, kalau mereka memahaminya.
Sebab itu, Allah memperingatkan kaum mukmin agar tidak meniru perilaku mereka dan jangan tiru ucapan mereka kepada Rasul saw. “ra’ina”, ganti dengan “unzhurna” dan dengarkan Rasul saw. dengan baik. Menghina Rasul saw. itu adalah perbuatan kekufuran yang menyebabkan masuk neraka. Sebenarnya Ahlul Kitab dan orang-orang musyrik itu tidak rela umat Islam itu mendapatkan karunia Al-Qur’an. Padahal Allah-lah yang berhak menentukannya
[16:50 13/05/2016] Muhammad Yasin: Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 113-119
Ayat 113 dan 114 menjelaskan karakter buruk lain dari kalangan Ahlul Kitab seperti, kalangan Yahudi menafikan kebenaran kalangan Nasrani dan begitu juga sebaliknya. Padahal mereka sama-sama membaca Al-Kitab, Taurat dan Injil. Allah akan berikan keputusan terhadap apa yang mereka perbantahkan itu pada hari kiamat nanti.
Mereka juga berupaya melarang orang lain untuk datang ke masjid-masjid Allah untuk beribadah. Perbuatan itu mendapat ancaman dari Allah berupa kehinaan di dunia dan neraka di akhirat kelak. Mereka juga menuduh Allah mempunyai anak. Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan. Dia Pemilik langit dan bumi. Bila Dia berkehendak menciptakan sesuatu, maka Dia hanya berkata : Jadilah. Maka jadilah ia.
Orang-orang yang tidak berilmu dari kalangan kaum musyrik Mekah mengatakan akan beriman kepada Rasul saw. jika Allah bicara dengan mereka atau mendatangkan bukti kekuasaan-Nya. Hal seperti ini juga dikatakan oleh umat-umat sebelum Muhammad saw. Nyatanya, setelah bukti-bukti kekuasaan Allah datang, mereka tetap tidak beriman. Sebenarnya, hati mereka tidak bisa memahami kebenaran wahyu yang di bawa Nabi Muhamad saw. Sungguh Allah telah jelaskan berbagai bukti kekuasaan-Nya dalam Al-Qur’an bagi orang-orang yang mau meyakininya.
Allah mengutus Muhammad saw. sebagai Rasul-Nya dengan Al-Qur’an yang hak, membawa berita gembira bagi kaum mukmin yang beramal saleh dan peringatan bagi kaum kafir dan tidak mampu mentaati Allah dan Rasul saw. Rasul Saw. tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas para penghuni neraka itu, karena telah menunaikan amanah risalah Islam dengan sempurna.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 113-119
Ayat 113 dan 114 menjelaskan karakter buruk lain dari kalangan Ahlul Kitab seperti, kalangan Yahudi menafikan kebenaran kalangan Nasrani dan begitu juga sebaliknya. Padahal mereka sama-sama membaca Al-Kitab, Taurat dan Injil. Allah akan berikan keputusan terhadap apa yang mereka perbantahkan itu pada hari kiamat nanti.
Mereka juga berupaya melarang orang lain untuk datang ke masjid-masjid Allah untuk beribadah. Perbuatan itu mendapat ancaman dari Allah berupa kehinaan di dunia dan neraka di akhirat kelak. Mereka juga menuduh Allah mempunyai anak. Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan. Dia Pemilik langit dan bumi. Bila Dia berkehendak menciptakan sesuatu, maka Dia hanya berkata : Jadilah. Maka jadilah ia.
Orang-orang yang tidak berilmu dari kalangan kaum musyrik Mekah mengatakan akan beriman kepada Rasul saw. jika Allah bicara dengan mereka atau mendatangkan bukti kekuasaan-Nya. Hal seperti ini juga dikatakan oleh umat-umat sebelum Muhammad saw. Nyatanya, setelah bukti-bukti kekuasaan Allah datang, mereka tetap tidak beriman. Sebenarnya, hati mereka tidak bisa memahami kebenaran wahyu yang di bawa Nabi Muhamad saw. Sungguh Allah telah jelaskan berbagai bukti kekuasaan-Nya dalam Al-Qur’an bagi orang-orang yang mau meyakininya.
Allah mengutus Muhammad saw. sebagai Rasul-Nya dengan Al-Qur’an yang hak, membawa berita gembira bagi kaum mukmin yang beramal saleh dan peringatan bagi kaum kafir dan tidak mampu mentaati Allah dan Rasul saw. Rasul Saw. tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas para penghuni neraka itu, karena telah menunaikan amanah risalah Islam dengan sempurna.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 120-126
Ayat 120 – 123 masih menjelaskan karakater Ahlul Kitab, yakni Yahudi dan Nasrani. Mereka tidak rela terhadap Nabi Muhammad saw. dan umatnya dan selalu berupaya agar umat Islam murtad dari Islam. Sebenarnya Ahlul Kitab tersebut hanya mengikitu hawa nafsu, bukan didasari wahyu dari Allah, padahal mereka membacanya. Wahyu Allah itu adalah nikmat-Nya yang terbesar untuk mereka. Disayangkan, mereka menolaknya.
Sedangkan ayat 124-126 menjelaskan tentang kesuksesan Ibrahim as melewati ujian dari Allah. Maka Allah menjadikannya pemimpin bagi manusia sampai akhir zaman melaui syariat ibadah haji yang diajarkan padanya dan puteranya Ismail dan Ka’bah yang mereka bangun sebagai Kiblat umat Islam sampai kiamat serta kota Mekkah yang menjadi pusat negeri Islam.
Allah menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim membangun kota Mekah itu dengan visi yang jelas, yakni menjadi sebuah negeri yang aman. Aman bagi manusia mentauhidkan Allah dan menjalankan sistem-Nya. Salah satu faktor menjadi negeri yang aman ialah terwujudnya kesejahteraan ekonomi rakyatnya. Namun, kesejahteraan ekonomi tersebut hanya akan berarti di mata Allah jika didasari iman pada-Nya dan pada akhirat. Kalau tidak, hanya akan menyebabkan penduduknya sengsara di dunia dan akhirat.
Tadabbur Surah Al-Baqarah Ayat 127-134
Ayat 127 – 131 meneruskan kisah Ibrahim dan puteranya Ismail membangun Ka’bah dan kota Mekah. Ka’bah dibangun untuk dijadikan lambang Tauhid bagi kaum Muslimin. Sedangkan kota Mekah mereka bangun dengan visi menjadi negeri kaum muslimin yang aman sampai akhir zaman. Ibrahim menjalankan semua upaya pembangunan kota Mekah sebagai ibadah kepada Allah. Sebab itu ia berdoa agar semua aktivitas pembangunan kota Mekah itu diterima Allah. Ibrahim juga meminta bimbingan Allah agar semua sistem yag ia terapkan dan anak cucunya di kemudian hari adalah sistem Islam, yakni sistem yang bersumber dari Allah dan mengajarkan ketundukan mutlak kepada-Nya.
Agar kota Mekah tetap menjadi negeri yang aman sampai akhir zaman, Ibrahim berdoa agar dilahirkan rasul penutup dari alur keturunannya yang mendiami kota Mekah yang bertugas membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkan Al-Kitab (wahyu) dan Al-Hikmah (Sunnah) dan melakukan proses tazkiyatunnafs bagi umatnya. Doa Ibrahim tersebut Allah kabulkan dengan melahirkan Nabi Muhammad saw. di Mekah sebagai Rasul Allah terakhir.
Ayat 132-134 menjelaskan keberhasilan Ibrahim dan Ya’qub dalam mendidik anak-anak mereka menjadi generasi Muslim yang memiliki akidah tauhid dan komitmen terhadap Islam sampai akhir hayat, disebabkan:
Mengajarkan Islam sebagai sistem hidup yang dipilih Allah untuk kebaikan mereka. Wasiat agar berpegang teguh kepada Islam sampai mati.Mengajarkan Tauhid sebagai landasan ibadah dan syariah. Mereka adalah umat terdahulu, sedangkan kita umat akhir zaman. Masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang kita kerjakan.