CLOCK


Mutiara Harian

Wednesday, February 16, 2011

Pemikiran Hebat

Maaf tulisan ini aku copy paste dari link dibawah yang merupakan salah satu teman multiply yaitu mba wulan :

http://mywolly.multiply.com/journal/item/112/singgah_sejenak?replies_read=18

kenapa di copy paste, karena menurut saya ini pemikiran yang hebat.

Beberapa hari lalu saya berbincang dengan seseorang. Dia bercerita tentang pilihan-pilihan yang membuatnya bingung. Saat itu, pikiran saya yang berada di dua tempat antara pekerjaan dan dia, menanggapi seadanya saja. Bukan bermaksud mengabaikan, tapi kapasitas otak saya agak sulit terbagi akhir-akhir ini. Jadi, saya hanya menyarankan padanya untuk me-reka juga meng-hitung ulang apa-apa saja prioritas dalam hidupnya. Ketika segala prioritas itu terpenuhi maka tidak ada salahnya bila satu dari beberapa pilihan-pilihan itu di ambil. Tentu saja dengan catatan tidak mengurangi porsi yang telah menjadi prioritas.
Sampai di akhir pembicaraan, nampaknya dia masih bingung oleh prioritasnya sendiri. Entah terlalu banyak entah tidak tau mana yang menjadi prioritas. Sekilas saya melihat dia memiliki kesempatan yang begitu banyak untuk mendapatkan itu semua. Tapi di raut wajahnya yang muncul malah ketidakpuasan untuk jawaban yang saya berikan. Karena mungkin dia menginginkan lebih. Atau mungkin dia mengharapkan sayalah yang membuatkan pilihan.

2 hari setelahnya, tiba-tiba saja otak saya berpikir tentang pilihan-pilihan itu. Saya terheran sendiri, diantara banyaknya daftar pekerjaan yang harus saya lakukan, kenapa bisa terselip "sesuatu" tentang pembicaraan singkat itu. Dan lucunya, dalam "percabangan" itu saya mulai memahami.

Manusia kadang kala di rundung oleh rasa takut. Padahal sejatinya ketika manusia berpegang pada kebenaran, tidak perlu lagi ada rasa takut.
Saya menyadari begitu sederhana nya pemahaman tersebut. Bahwa kejujuran adalah dasar dari sebuah kebenaran, dan kebenaran ada diatas segalanya. Diluar hukum apapun, kebenaran tetap menjadi satu hal yang bisa membawa manusia ke tingkat yang sangat mulia.
Pilihan-pilihan itu kadang datang tanpa di duga. Sering kita menyebutnya sebagai kesempatan. Namun, beberapa orang (mungkin) akan berpikir berkali-kali untuk begitu saja mengambil kesempatan yang ada di depan mata. Terlepas dari pertimbangan baik dan buruk, ada saja yang (memang) merasa tidak membutuhkan. Dan akhirnya memilih untuk diabaikan saja.
Seseorang yang berbincang dengan saya di hari itu adalah tipe orang yang memikirkan segalanya sampai pada hal-hal kecil (detail). Setiap apa pun, selalu ingin dilalui dengan sempurna.

Saya agak bingung dengan kesempurnaan itu sendiri. Apakah ketika sesuatu yang terjadi persis seperti harapan adalah sempurna? Apakah ketika hasil dengan nilai tertinggi adalah sempurna? Apakah menjadi seorang yang terpandang, hebat atau terkenal adalah sempurna? Padahal dalam realitas yang terjadi tidak melulu soal itu. Padahal seringkali kita dihadapkan pada kenyataan yang tidak sesuai. Harusnya kesadaran akan adanya ketidaksesuaian dengan yang diharapkan itu bisa jadi momentum untuk memahami bahwa hidup bukan hanya berpusat pada dirinya semata. Ini bukan soal saya, tapi bagaimana saya bisa melalui, melakoni, menjalani, menyiasati, menerima, mengerti, menyederhanakan setiap masalah yang ditawarkan hidup.

Pun ketika menjalani apa yang ada di depan mata. Bukan tidak boleh berpikir untuk masa depan. Karena memang segalanya akan jauh lebih mudah bila terencana. Tapi bila kondisi yang nantinya di bayang-bayangkan tidak sesuai dengan mimpi, lantas apakah bisa rela begitu saja? Saya yakin kecewa itu pasti membersit, sekecil apa pun.
Memiliki visi serta misi yang jauh kedepan adalah hal terbaik untuk dilakukan agar langkah ini memiliki tujuan. Bahkan tidak ada salahnya untuk benar-benar menyusun strategi untuk meminimalisir kesalahan. Tapi apakah dapat semudah itu membuka hati dan pikiran ketika garis tidak lagi lurus? Dalam arti apa yang direncakan melenceng sangat jauh dari apa yang terjadi. Saya pikir inilah saat manusia merasa terpuruk. Bukan. Bukan berarti lemah dan tidak berdaya. Hanya saja perlu waktu sejenak untuk mengulas kembali apa-apa saja yang harus segera dilakukan dengan berkaca pada masa lalu.

Saya tertegun. Sejenak terdiam.
Tiba-tiba saja saya mengerti. Rupanya seseorang yang dilanda kebingungan dan meminta bantuan saya 2 hari lalu ternyata benar-benar membuka pikiran saya mengenai berbagai macam masalah yang mungkin saja hadir tanpa saya duga sebelumnya. Tiba-tiba saja saya memahami apa yang harus dilakukan untuk dapat menerima, melebur dengan berbagai hal disekitar kita. Tiba-tiba saja mengerti mengenai kesempurnaan. Tiba-tiba saja...

Saya terharu sendiri menyadari bahwa manusia lah yang sempurna. Semua yang datang dan pergi dalam hidup adalah bentuk dari sebuah pendewasaan.

Begitu naifnya bila seseorang memandang apa yang terjadi pada dirinya adalah hal yang terburuk.
Manusia tidak dilahirkan begitu saja untuk tahu baik dan buruk, benar dan salah, ataupun bagus dan jelek. Semua hal tersebut dikotak-kotakkan berdasarkan pada pengalaman serta kemampuan pencerapan seseorang. Maka saya tidak berhak menilai karena ini menyangkut persepsi orang lain. Seperti yang telah disebutkan disini tidak ada lagi benar-salah, bagus-jelek, baik-buruk. Semua sama, merata, sejajar, benar-benar seimbang dimata saya.

Tiba-tiba saya mengerti alasan seseorang dalam mengambil keputusan. Apakah menjadi lebih baik atau tetap sama. Semua sangat bergantung pada apa yang ada di dalam kepala. Mind set kitalah yang menentukan suatu masalah berat atau tidaknya. Pengalamanlah yang mampu menjatuhkan vonis layak atau tidaknya sebuah pilihan dijalani.

Sampai pada satu titik. Ketika tidak ada lagi dendam, ketika penyesalan perlahan sirna, ketika beban terasa ringan, ketika marah berubah menjadi rasa iba, ketika getir menjelma bahagia, ketika sedih memudar, ketika tegar menguatkan hati, ketika sabar menghiasi relung jiwa, itulah kondisi yang saya mengerti tentang kerelaan. Dan saya telah benar-benar mengerti bahwa hidup itu sendirilah kesempurnaan. Bahwa apa yang harus tetap digaungkan adalah rasa syukur. Untuk tetap berada disini. Untuk langkah yang semakin mantap. Untuk setiap hela nafas. Untuk sebentuk cinta yang hadir dari orang-orang terdekat. Untuk Kesempatan memilih serta memiliki.

Betul, itu semua yang menjadikan hidup terasa sempurna dengan segala ketepatan proporsi yang telah diatur oleh sang Maha.

No comments:

Post a Comment