CLOCK


Mutiara Harian

Wednesday, July 08, 2015

BAGAIMANA WANITA HAID MENGHIDUPKAN LAILATUL QADAR?

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum wr. wb,
Ustadz, jika seorang wanita sedang haid pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, bagaimana caranya ia bisa mengisi dan menghidupkan sepuluh malam terakhir itu untuk bisa mendapatkan kemuliaan lailatul qadar?
Hamba Allah.
Jawab:
Wa’alaikumsalam wr. wb,
Allah Subhanallahu ta’ala memberikan banyak keutamaan dan kemuliaan bagi umat Nabi Muhammad dibandingkan dengan umat-umat lainnya. Di antara keutamaan itu adalah nikmat lailatul qadar, yaitu malam yang penuh berkah dan kemuliaan.
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَ‌كَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِ‌ينَ ﴿٣﴾ فِيهَا يُفْرَ‌قُ كُلُّ أَمْرٍ‌ حَكِيمٍ
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (QS. Al-Dukhan [44]: 3-4).
Dalam surat al-Qadr, Allah Subhanallahu ta’ala juga menjelaskan bahwa pada malam inilah al-Qur`an sebagai hidayah bagi umat manusia diturunkan; Beribadah pada malam ini lebih baik dari pada beribadah seribu bulan; Para malaikat bersama malaikat Jibril turun pada malam ini dengan membawa rahmat dan berkah; Malam ini adalah malam yang penuh kedamaian dan kesejahteraan bagi orang-orang beriman, dan malaikat pun memberikan salam kepada orang beriman sampai terbit fajar.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dan Thabari, disebutkan riwayat lain dari Mujahid, beliau berkata, “Ada seorang laki-laki dari Bani Israel yang selalu menghidupkan malamnya dengan ibadah sampai subuh, kemudian pada siang hari dia berjihad melawan musuh sampai sore, dan ia melakukan itu selama seribu bulan, maka Allah menurunkan (لَيْلَةُ الْقَدْرِ‌ خَيْرٌ‌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ‌) dimana menghidupkan malam qadar itu lebih baik dari amalan laki-laki Bani Israel tersebut.
Kebaikan dan keberkahan malam kemuliaan ini akan didapatkan seorang hamba jika ia menghidupkan malam itu dengan segala bentuk ibadah dan ketaatan karena Allah Subhanallahu ta’ala. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Mujahid menjelaskan bahwa malam qadar itu lebih baik dari seribu bulan adalah jika malam itu diisi dengan amal ibadah, yaitu puasa dan qiyamnya. Karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, Allah ‘azza wajalla mewajibkan atas kalian untuk berpuasa pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan pemimpin-pemimpin setan dibelenggu. Pada bulan itu Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalang dari kebaikannya berarti ia telah terhalang dari segala kebaikan.” (HR. Al-Nasa`i).
Dan dengan kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya, beliau telah menunjukkan jalan dan memberikan kemudahan dengan menjelaskan bahwa hendaklah kita mencari dan memburu malam kemuliaan itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjilnya.
عَنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ، وَيَقُولُ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Dari Aisyah, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada 10 terakhir Ramadahan dan bersabda: “Carilah lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh tauladan bagaimana seseorang seharusnya mengambil kesempatan waktu yang penuh berkah yang diberikan Allah Subhanallahu ta’ala itu sebagaimana diriwayatkan:
قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
Aisyah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan, RasulullahSAW lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya. (HR. Muslim).
Dan menghidupkan lailatul qadar itu tidak terbatas hanya dengan sholat, tapi mencakup semua bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah Subhanallahu ta’ala. Karena seorang perempuan yang sedang haid hanya dilarang dan haram baginya untuk melakukan sholat, thawaf, dan menurut sebagian ulama menyentuh mushaf dan masuk masjid, maka ia bisa menghidupkan malam penuh kemuliaan itu dengan amal ibadah yang lain, seperti berdoa karena doa itu adalah ibadah. Doa sebagai ibadah itulah yang ditekankan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya:
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ ” ، ثُمَّ قَرَأَ : وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ سورة غافر آية 60.
Dari Al-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Doa itu adalah ibadah, kemudian beliau membaca ayat 60 surat Ghafir yang artinya, “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (HR. Tirmizi, Ibnu Majah, Abu Daud, al-Nasa`i dan Hakim).
Ia juga dapat menghidupkannya dengan berdzikir dengan bertahmid, tasbih dan takbir, membaca al-Qur`an dari hafalannya, memperbanyak istighfar dan ibadah-ibadah lainnya yang tidak dilarang bagi wanita haid. Jadi haid itu tidak menjadi halangan bagi seorang wanita untuk mendapatkan kemuliaan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu.
Semoga kita termasuk yang dipilih Allah Subhanallahu ta’ala ntuk mendapatkan kemuliaan lailatul qadar ini karena sungguh itu adalah suatu nikmat yang tidak ternilai harganya yang seharusnya menjadi dambaan setiap orang beriman.
Wallahu ‘alam bish shawab..

Sumber : http://aqlislamiccenter.com/2015/07/07/bagaimana-wanita-haid-menghidupkan-lailatul-qadar/

No comments:

Post a Comment