Malnutrisi atau kondisi gizi buruk memang banyak terjadi pada orang usia lanjut (usila). Malnutrisi tidak harus berarti kurang gizi, tetapi bisa juga kelebihan gizi atau gizi tak seimbang. Banyak faktor yang membuat orang usia lanjut berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Menurut Dr. dr. Nina Kemala Sari, Sp.PD, K-Ger, Staf Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM/FKUI, fungsi penginderaan manusia biasanya menurun seiring proses penuaan.
Daya pengecap yang menurun akan membuat orang tua kehilangan selera makan, sehingga akhirnya mereka malas makan atau makan (terlalu) sedikit. Kondisi gigi yang mulai goyah atau sudah bertanggalan juga membuat mereka tidak kuat lagi mengunyah makanan yang relatif keras atau alot. Kondisi pencernaan para usila biasanya juga mulai bermasalah, karena fungsi usus dan lambung sudah melemah. Misalnya, makan pedas sedikit, langsung diare.
Kehilangan selera makan juga bisa berasal dari kurangnya perhatian atau kepedulian dari orang-orang di sekitarnya (anak, perawat, pembantu). Mereka mungkin kurang peduli apakah makanan yang disediakan cocok atau tidak dengan selera atau kondisi gigi dan pencernaan orang tua. Mungkin masakannya terlalu manis, terlalu keras, atau terlalu pedas, sehingga orang tua tidak bisa makan dengan cukup. Atau bisa jadi alasannya hanya karena mereka tak suka makan sendirian di rumah –sementara anak-anak dan cucu sibuk dengan urusan mereka sendiri di luar rumah. “Tapi karena tidak ingin merepotkan anak atau orang yang merawatnya, biasanya orang tua tidak mau mengeluh dan menyimpan masalahnya sendiri,” tutur Dr. Nina. Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan juga tak kalah banyak berkontribusi pada kejadian malnutrisi pada orang usia.
Daya pengecap yang menurun akan membuat orang tua kehilangan selera makan, sehingga akhirnya mereka malas makan atau makan (terlalu) sedikit. Kondisi gigi yang mulai goyah atau sudah bertanggalan juga membuat mereka tidak kuat lagi mengunyah makanan yang relatif keras atau alot. Kondisi pencernaan para usila biasanya juga mulai bermasalah, karena fungsi usus dan lambung sudah melemah. Misalnya, makan pedas sedikit, langsung diare.
Kehilangan selera makan juga bisa berasal dari kurangnya perhatian atau kepedulian dari orang-orang di sekitarnya (anak, perawat, pembantu). Mereka mungkin kurang peduli apakah makanan yang disediakan cocok atau tidak dengan selera atau kondisi gigi dan pencernaan orang tua. Mungkin masakannya terlalu manis, terlalu keras, atau terlalu pedas, sehingga orang tua tidak bisa makan dengan cukup. Atau bisa jadi alasannya hanya karena mereka tak suka makan sendirian di rumah –sementara anak-anak dan cucu sibuk dengan urusan mereka sendiri di luar rumah. “Tapi karena tidak ingin merepotkan anak atau orang yang merawatnya, biasanya orang tua tidak mau mengeluh dan menyimpan masalahnya sendiri,” tutur Dr. Nina. Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan juga tak kalah banyak berkontribusi pada kejadian malnutrisi pada orang usia.
Menurunnya aktivitas gerak yang cukup signifikan juga membuat orang tua tidak gampang merasa haus. Bahkan banyak orang tua yang menderita Alzheimer kehilangan kemampuan untuk merasakan haus. Kalau kondisi ini terabaikan dalam jangka waktu panjang, jangan heran kalau orang tua kita tahu-tahu didiagnosis menderita dehidrasi! Kekurangan serat juga akan membuat orang tua banyak diserang konstipasi (sulit buang air besar). Bila berlangsung terus menerus, kondisi sulit BAB ini bisa memicu penyakit wasir atau bahkan kanker usus. Sedangkan bila kekurangan kalsium, osteoporosis akan lebih mudah menyerang tulang mereka.
Diet yang terlalu ketat juga berisiko tinggi membuat orang tua mengalami malnutrisi. Apalagi biasanya orang tua suka bersikap berlebihan dalam menerapkan aturan diet dan pantangan-pantangan dari dokter. “Misalnya, kalau dokter menganjurkan agar mengurangi konsumsi garam, mereka akan berhenti makan garam sama sekali. Padahal bila tubuh kekurangan garam (Natrium), orang bisa mendadak pingsan bahkan koma,” Dr. Nina menjelaskan. Rupanya itu pula yang terjadi pada ibunda Erina. “Karena punya bakat darah tinggi, sejak usia 60-an Mama sudah melakukan diet garam, juga diet gula. Mama mengatur dietnya sendiri tanpa konsultasi ke dokter, dan makin lama dietnya juga makin ekstrem. Mama nyaris tidak mau ada garam atau gula pada makanan dan minumannya,” kata Erina.
Karena itu, selain rutin berkonsultasi ke dokter untuk menangani penyakit-penyakit yang diderita orang tua kita, ada baiknya kita juga berkonsultasi ke dokter ahli nutrisi untuk memperbaiki status nutrisi mereka, agar mereka bisa menjalani sisa hidup dengan sehat dan berkualitas. Selain itu, bila kita melihat orang tua kita yang biasanya aktif mulai menunjukkan perubahan perilaku, misalnya menjadi malas melakukan apa pun, bersikap pasif, atau menjadi rewel tanpa alasan, jangan kita lantas menjadi emosional atau sekadar mengeluh. “Cobalah cari tahu ada apa di baliknya, termasuk dari kondisi nutrisinya sehari-hari,” saran Dr. Nina.
Diet yang terlalu ketat juga berisiko tinggi membuat orang tua mengalami malnutrisi. Apalagi biasanya orang tua suka bersikap berlebihan dalam menerapkan aturan diet dan pantangan-pantangan dari dokter. “Misalnya, kalau dokter menganjurkan agar mengurangi konsumsi garam, mereka akan berhenti makan garam sama sekali. Padahal bila tubuh kekurangan garam (Natrium), orang bisa mendadak pingsan bahkan koma,” Dr. Nina menjelaskan. Rupanya itu pula yang terjadi pada ibunda Erina. “Karena punya bakat darah tinggi, sejak usia 60-an Mama sudah melakukan diet garam, juga diet gula. Mama mengatur dietnya sendiri tanpa konsultasi ke dokter, dan makin lama dietnya juga makin ekstrem. Mama nyaris tidak mau ada garam atau gula pada makanan dan minumannya,” kata Erina.
Karena itu, selain rutin berkonsultasi ke dokter untuk menangani penyakit-penyakit yang diderita orang tua kita, ada baiknya kita juga berkonsultasi ke dokter ahli nutrisi untuk memperbaiki status nutrisi mereka, agar mereka bisa menjalani sisa hidup dengan sehat dan berkualitas. Selain itu, bila kita melihat orang tua kita yang biasanya aktif mulai menunjukkan perubahan perilaku, misalnya menjadi malas melakukan apa pun, bersikap pasif, atau menjadi rewel tanpa alasan, jangan kita lantas menjadi emosional atau sekadar mengeluh. “Cobalah cari tahu ada apa di baliknya, termasuk dari kondisi nutrisinya sehari-hari,” saran Dr. Nina.
Jangan diabaikan!
Bila orang tua Anda terlihat mulai susah makan atau makan sedikit sekali, jangan biarkan kondisi itu hingga berlarut-larut.
1. Cek kondisi gigi mereka. Kalau sudah banyak yang goyah atau tanggal, lebih baik buatkan mereka gigi palsu. Atau bila gigi palsu mereka sudah longgar sehingga tidak nyaman lagi dipakai mengunyah, gantilah dengan yang baru.
2. Memasuki usia 30-an, kita memang disarankan untuk mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak. Tapi bukan berarti tidak mengonsumsinya sama sekali, karena ketiga unsur tersebut tetap diperlukan tubuh.
3. Sedikit tapi sering. Ada kalanya, orang tua memang tidak mampu lagi menelan makanan dalam jumlah cukup. Kalau asupan dalam sekali makan dianggap kurang, Anda bisa membaginya dalam 5 – 10 kali waktu makan dalam sehari. Meskipun sedikit-sedikit, kalau ditotal tetap memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
4. Meski sudah harus mengonsumsi makanan khusus, tetap perhatikan kelengkapan gizi dalam makanan orang tua Anda: karbohidrat, protein (lauk pauk nabati atau hewani), serat dan vitamin (sayur dan buah), susu.
5. Rutin melakukan penapisan status nutrisi orang tua Anda dan berkonsultasi ke ahli nutrisi.
Tina Savitri
1. Cek kondisi gigi mereka. Kalau sudah banyak yang goyah atau tanggal, lebih baik buatkan mereka gigi palsu. Atau bila gigi palsu mereka sudah longgar sehingga tidak nyaman lagi dipakai mengunyah, gantilah dengan yang baru.
2. Memasuki usia 30-an, kita memang disarankan untuk mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak. Tapi bukan berarti tidak mengonsumsinya sama sekali, karena ketiga unsur tersebut tetap diperlukan tubuh.
3. Sedikit tapi sering. Ada kalanya, orang tua memang tidak mampu lagi menelan makanan dalam jumlah cukup. Kalau asupan dalam sekali makan dianggap kurang, Anda bisa membaginya dalam 5 – 10 kali waktu makan dalam sehari. Meskipun sedikit-sedikit, kalau ditotal tetap memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
4. Meski sudah harus mengonsumsi makanan khusus, tetap perhatikan kelengkapan gizi dalam makanan orang tua Anda: karbohidrat, protein (lauk pauk nabati atau hewani), serat dan vitamin (sayur dan buah), susu.
5. Rutin melakukan penapisan status nutrisi orang tua Anda dan berkonsultasi ke ahli nutrisi.
Tina Savitri
Sumber : http://www.pesona.co.id/relasi/keluarga/bila.orang.tua.mulai.susah.makan/003/001/71
terimakasih banyak, sangat menarik sekali...
ReplyDelete